Pages

Wednesday, February 29, 2012

Generasi Rohani

Bacaan: 2 Timotius 2:1-13
Apa yang telah engkau dengar dariku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga pandai mengajar orang lain (2 Timotius 2:2)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Bilangan 11-13
------------------------------------------------------------------
Banyak teman saya yang menjadi dokter. Kebanyakan di antara mereka berasal dari keluarga dokter, dan memang sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter. Terlepas dari apa yang menjadi motivasi orangtua mereka dalam hal itu, saya kagum dengan keseriusan mereka mempersiapkan anak-anak mereka.

Paulus juga secara khusus mempersiapkan orang-orang yang akan meneruskan pelayanannya. Ia tahu hidup nya terbatas (pasal 4:6), dan kebenaran Tuhan tidak boleh berhenti diberitakan ketika ia mati. Sebab itu, Paulus (generasi I) telah secara khusus mengajar Timotius (gen. II), sedemikian supaya ia dapat meneruskan pengajaran itu kepada orang lain (gen. III), yang juga pandai mengajar orang lain (gen. IV). Jelas ini bukan pengajaran sekali tatap muka. Timotius telah cukup lama menjadi anak rohani Paulus hingga ia dapat dipercaya untuk meneruskan pelayanannya. Paulus ingin Timotius melakukan hal yang sama bagi orang lain.

Seberapa besar energi yang Anda curahkan untuk menolong orang bertumbuh dewasa dalam Kristus, supaya mereka juga dapat melakukan hal yang sama bagi orang lain? Sekadarnya, kalau sempat, atau penuh intensionalitas seperti Paulus? Seseorang pernah menghitung. Jika selama hidup Anda punya 12 anak rohani, dan tiap anak juga punya 12 anak rohani, dan berlipatganda demikian selama 5 generasi, maka Anda akan punya 248.832 keturunan rohani! Betapa besar dampaknya, jika kita tidak hanya sibuk dengan banyak kegiatan rohani, tapi mulai berfokus menghasilkan anak-anak rohani yang akan membawa kebenaran Tuhan dari generasi ke generasi. --ELS
------------------------------------------------------------------
Periksa fokus pelayanan kita:
Mengadakan kegiatan rohani atau menghasilkan generasi rohani?
------------------------------------------------------------------

Saturday, February 25, 2012

Integritas Seorang Pelayan

Bacaan: 2 Korintus 6:1-10
Dalam hal apa pun, kami tidak menyebabkan orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah ... (2 Korintus 6:3-4)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Bilangan 5-6
------------------------------------------------------------------
Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah "mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran". Apabila disederhanakan, kurang lebih demikian artinya: apa yang kita pikirkan harus sama dengan kita katakan dan apa yang kita katakan harus sama dengan tindakan yang kita lakukan; di mana pun; kapan pun. Ini terlebih lagi berlaku di dalam pelayanan kita kepada Allah.

Paulus dan rekan-rekannya telah membuktikan integritas mereka sebagai pelayan Allah. Perhatikan frasa "dalam segala hal" dalam ayat 4. Mereka menjaga integritas dalam setiap bagian kehidupan. Mudah untuk mempraktikkan kasih, kesabaran, kemurnian, dan ketaatan pada Roh Kudus ketika situasi baik dan orang-orang menghormati kita. Akan tetapi, dapatkah sikap yang sama dipertahankan ketika kesusahan melanda, orang-orang mengumpat dan memfitnah kita, keuangan tidak lancar, dan maut mengancam? Itulah yang diteladankan Paulus dan rekan-rekannya (ayat 4-10). Dengan menjaga integritas sebagai pelayan Allah, mereka dapat mendorong jemaat untuk melakukan hal yang sama (ayat 1).

Mari memeriksa diri, apakah kita sudah menyatakan sikap sebagai pelayan Allah dalam seluruh bagian kehidupan, baik itu di rumah, gereja, lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat? Atau jangan-jangan, orang lain melihat kita sebagai batu sandungan? Mari belajar menjadi pelayan Allah yang berintegritas. Tidak menjadi batu sandungan, tetapi menjadi berkat bagi orang lain. --BWA
------------------------------------------------------------------
Status "Pelayan Allah" bukan hanya di dalam tembok gereja
Status itu berlaku di setiap waktu dan segala tempat
------------------------------------------------------------------

Tuesday, February 21, 2012

Indahnya Teguran

Bacaan: Amsal 13:14-24
...tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati (Amsal 13:18)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Imamat 22-23
------------------------------------------------------------------
Dalam audisi American Idol, tampillah seorang kontestan yang begitu percaya diri. Ia meyakinkan para juri bahwa ia adalah bintang masa depan. Namun, sewaktu ia mulai bernyanyi, suaranya sedemikian buruk sehingga selang beberapa detik para juri terpaksa menghentikannya. Ia berkata dengan marah, "Bagaimana bisa kalian tidak melihat talenta saya? Selama ini tidak pernah ada yang mengkritik suara saya!" Saya membayangkan, seandai nya sejak awal ada yang berani memberitahu dengan tegas bahwa ia tidak cocok menjadi penyanyi, ia pasti akan mengenal dirinya dengan lebih tepat dan tidak dipermalukan di ajang ini.

Teguran atau kritik tidak selalu buruk. Bahkan, teguran dapat menjadi sarana Tuhan untuk membentuk kita. Kritik bisa mencegah kita terjerumus ke dalam kesalahan yang memalukan di kemudian hari (ayat 14, 17). Menurut penulis Amsal, orang yang terhormat adalah mereka yang tidak pantang terhadap kritik. Mengabaikan kritik sama saja dengan mengabaikan didikan (ayat 18). Bahkan, kritik yang keras bisa jadi adalah bentuk kasih terbaik dari seseorang kepada kita (ayat 24).

Apakah pada waktu-waktu ini Anda sedang mendapat teguran atau kritikan? Bagaimana Anda menanggapinya? Kerap reaksi kita adalah menolak, menjadi tersinggung atau marah, karena yang namanya kritik pasti tidak enak didengar. Mari mengingat keindahan dan keuntungan dari teguran yang baik. Jangan terlalu cepat menutup diri dari teguran. Terimalah dengan rendah hati. Cernalah dengan bijaksana. Bersyukurlah bahwa Tuhan membentuk kita melalui teguran kasih sesama. --JIM
------------------------------------------------------------------
Ketika kita menolak teguran yang baik
kita juga menolak pembentukan dari Tuhan
------------------------------------------------------------------

Dikirim dari aplikasi Alkitabku. Unduh di http://bb.alkitabku.com

Monday, February 20, 2012

on my birthday! :P

heiii baru sempet ngblog nih.. dikarenakan :

1. kemaren minggu gue kerja :( *ngenes banget yah padahal kmaren hari ultah gue!
Dan paling ngenesnya nih yang 17th bray -_-

2. pulang kerja udah malem jam 11an gitu deh sampe rumah. So, uda cape banget nih ceritanya-_-

Owkay, post yang ini gue mau cerita gimana perjalanan kisah gue kemaren (hari minggu) *cielah*
Bangun pagi hari minggu jam 9an masih belom sadar kalo hari itu adl hari ultah gue,
Pas udah nyalain bb liat calender ternyata iya baru ngeh -_-

Liat bbm yang notifnya 28, twitter 10, fb *gatau karna sign out*, email 1 dan sms 1 *karna nih nomor baru gak ada yang tau*

Setelah jam 12, jam 1 itu bbm di chats jadi 55 yang isinya all about happy birthday!
But anw thankyou yang udah ucapin ({})

Sorenyaa gue kerja, usheran di Hotel Four Seasons acara IKAHAN *bukan nikahan loh!
"IKAHAN itu artinya Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia" #panjangbanget

Event berlangsung sampe jam stengah 10an, disitu yah woles aja sih gue cuma duduk2 agak gabut sih-_-
But i like my job B)

Eh pas balik dah dirumah, baru aja turun dr mobil tiba2...
Jeng.. Taraaa!!
Temen-temen gue alias besties gue, dateng dan nyanyiin "happy birthday to you" :3
Co cwit ya bawa kue gitu tapi kenapa ada 2 dus gede *curiga*
Dan hari ini gue baru buka 2 dus itu!
Salah satu dusnya isinyaaa adalah se-su-a-tu yang sangat amat gue mau!♥
Entah gimana mereka bisa tau ._.

Pokoknya thankyou so muchhh guys!
And especially to my God! Thankyou for Ur blessing :)

Friday, February 17, 2012

ULAT jadi KUPU-KUPU

Bacaan: Kejadian 50:15-21
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan ... (Kejadian 50:20)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Imamat 14-15
------------------------------------------------------------------
Seorang kawan mengirimi saya SMS menggelitik, "Aku meminta dari Tuhan setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus jelek dan berduri. Aku meminta kupu-kupu, Dia memberiku ulat. Aku kecewa dan sedih! Namun, beberapa hari kemudian, kaktus itu berbunga indah sekali dan ulat itu menjelma menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Itulah jalan Tuhan: selalu indah pada waktu-Nya."

Jalan Tuhan memang kerap kali sukar dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Kisah Yusuf adalah contohnya. Sebagai anak kesayangan bapaknya, Yusuf kecil yang penuh percaya diri tentu tak pernah menduga akan dijual saudara-saudaranya sendiri (lihat Kejadian 37). Tiga belas tahun yang sulit dilalui, sebelum akhirnya Yusuf dipercaya sebagai wakil raja (lihat Kejadian 39-41). Ia mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Hanya setelah menyelamatkan bangsanya dari kelaparan, barulah ia paham bagaimana Tuhan berdaulat mendatangkan kebaikan melalui berbagai kesulitan yang ia alami (ayat 20). Bukan hanya itu, Yusuf pun dibentuk agar dapat menerima tanggung jawab yang besar dan mengasihi mereka yang dulu menyakitinya.

Mungkin Anda mengalami salah satu atau beberapa masalah seperti Yusuf. Anda tidak paham mengapa Tuhan memberikan "ulat" dan bukannya "kupu-kupu". Ingatlah bagaimana Tuhan berkarya melalui hidup Yusuf, mendatangkan kebaikan yang jauh melampaui pikirannya. Setiap keadaan dapat dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan, bahkan bila orang lain semula berniat untuk menjahati kita. Maukah kita tetap percaya dan taat pada-Nya? --ARS
------------------------------------------------------------------
Tuhan mengizinkan proses menyakitkan dalam kepompong
untuk membentuk ulat menjadi kupu-kupu nan elok
------------------------------------------------------------------

Tuesday, February 14, 2012

Happy Valentine's Day

Heeeiii i'm back!
Pasti tau dong hari ini hari apaa???
Yaapss! Hari selasa!! #jleb
Hahahahahaa today is valentine's day!

Serius deh, gue gak inget soal hari ini. Kemaren gue baru inget gara2 temen2 ngomongin soal "bikin coklat" dan nanya ke gue bikin apa enggak.
Tapi gue bingung-_- baru ngeh ternyata...... #ngooeekk!

Dan pada hari ini, gue gak ada prepare apa2..
Gue masih berpikir kalo, OK FINE! Gue gak ngerayain yang namanya Val's Day -_-
Tapii....
Gue dikasih surprise yang bener2 gak akan terlupakan nih! Bahahaha

Sebelom adanya surprise, gue ngerasa kalo hari ini tuh hari sialnya gue.
First, gue bangun kesiangan.
Dah gitu kelas pertama pelajaran matematika tuh ulangan! *ketauan belom belajar gitcuu*
Kelas kedua tuh akuntansi #AAAA mau mati gue!

Saatnyaa bel sekolah bunyi... *seneng banget rasanya denger kata pulang*
Tapi... Guess what??
Sampe rumah, gak ada orang! Pintu di gembok! Gue gak bisa masuk! Sedangkan bb gue ud turn off gara2 lowbatt.
Emosi gak sih?
Akhirnyaa gue nunggu sampe sejam kaya orang gak ada tujuan..

Gak lamaa, ternyata kunci dititipin di tetangga gue --" dan orangnya ini baru pulang EERRGGH rese banget kan!
Pas udah masuk kerumah, setelah beberapa menit....

"Pikaaa...pikaaa.." ---> suaranya yani + yolanda (temen gila gue), dah gitu kagetnya mereka tuh jalan kaki gitu ga bawa apa2 cuma modal pegang bb! Dan masih pake sragam skolah.
"Lah? Lu ngapain?" Tanya gue. Terus katanya sih mereka abis dr bengkel, tinggal smua barang di bengkel gr2 ban bocor.
Jadi sambil nunggu, kerumah gue.
Okelah gue rada AGAK stengah percaya tapi CURIGA.

Stelah beberapa menit, bingungnya ada theo sama anton yang bisa dibilang temen autis juga sih LOL
Disini gue udah ngerasa aneh, curiga, bingung.
"Kok bisa ada lo sih? Ngapain?" Gue nanya nih ke anak dua ini.
Ternyataaa.... Theo dan anton bawa sebuah kado yang isinya gue belom tau, hemmm tapi emang feeling gue aneh.

Selama mereka ber-4 dirumah, ngerusuh abis! Banyak tingkah yang rese bener deh -_- disitu gue kenalin temen gila gue ke tmen autis gue. Lol
*gak taunya mreka uda kenalan duluan di bbm* -_-

Pas mereka mau pulang, gue bingung mreka jadi bareng gitu...
Dan gue agak ragu buka isi tuh kado!
#taaarrrraaaaaa!!!!
Dus aqua gede, di iket2, di lem2, pokonya kepoh deh!
TAU GAK ISINYA APA???
Sebuah dus minuman Chivas + dus rokok mild , robekan kertas, robekan dus, cabe busuk, kayu2 aneh!!!
Pas gue buka dus Chivas...... #JREENGGGG
Isinyaaa paku karat, potekan besi2 karat, biji2 kopi!!
Dan pas gue buka dus rokok mild isinya.....
Coklat 3 biji yang bentuknya nyebelin --"

WHAT A BEAUTIFUL DAY, HUH?!?

Mau bilang sinting iya, autis iya, iseng iya, KURANG KERJAAN IYA BANGET!! *sambil ngakak sih*
ini nihhh.... kisah Valentine's Day gue yang sepertinya beda dari yang lainn....

Wednesday, February 8, 2012

I'm so tired :'(

Salam ngantuk dari gue *krik krik*
#hoooaaammmm

Hari ini adalah hari yang sangat amat melelahkan! Sekarang, tepatnya nyaris jam 10 malam gw lagi ada di rumah sakit!

Dari pagi tepatnya jam stengah 7, gw udah keluar rumah. Tujuan pertama adalah sekolah. Dan jam 10 pagi, gw ijin balik dr sekolah gara-mau dateng interview buat jagaan di PRJ hehehe.

Oke deh tuh, pulang kerumah dan langsung cuss ke hayam wuruk. Pastinya, jakarta is always macet deh! #ngookk

Pas udah sampe, bla bla bla pokoknya nih udah jam 3an cc gw telvon katanya dia pulang ngampus mau bareng gw. Yaude, gw bilang deh ketemuan di harmoni.

Tapi... Jeng jeng jeng....
Hujan deras pun tiba-_- finally cc gw bilang mau ktemuan di monas.
Okelah gw otw ke monas, dengan keadaan yang romantis. *dimobil liat hujan turun TAPI sendirian*

Pas udah dipinggir monas, ternyata gak boleh berenti! Lanjutlah gw luruss ajosee sampe2 di bunderan HI, gw gak puter balik! -____-
Jadinya lurus terus entah gimana gue jadi muterin ritz carlon ampe 2 kali!
Dan yang bodohnya, gw muter sampe sency!

Disitu gw sambil telvonan ribut sama cc gw, bodoh kan? Dia entah udah dimana. Sungguh sangat amat menyusahkan.
Macet pun makin merajalela.

Sekitar jam 4 baru ketemu cc gw, di bank indonesia-_- bodohnyaaaaa.
Dengan keadaan bb gw udah off karna lowbatt, dan esia pun udah goodbye gara-gara2 low juga!

Perjalanan balik ke tangerang diawali dengan kemacetan lagi, ditambah kesel lagi gara2 gw salah masuk tol-_- *bodohbanget*

.......

*di tangerang* mampir ke mol sebentar, cari baju buat hunting minggu ini.. #capek!
Sampe rumah tepatnya jam stengah 7 gan! *ala-ala kaskusers-_-
Langsung deh makan en mandi hmmm

Dan jam 8 pun gw pegi lagi kerumah sakit, SAMPE SAAT INI!


#curcolbanget*

Tuesday, February 7, 2012

LIFE IS?

huuaaahhhh akhir2 ini, badmood merajalela banget deh ya. Tugas terus numpuk. Masalah juga berjalan dengan lancar -_-

Tapi gue tau, gak cuma gue aja sih yang pernah ngalamin hal ini. Pasti diantara lo semua juga pernah.
Entah mau dimulai darimana, yang pasti saat ini gue lagi bete banget!

Kenapa sih ada aja hal yang gue suka, tapi disekeliling gue gak suka? Dan ada juga sebaliknya.
Gue sering baca ato denger quote nya Mario Teguh, dan semua isinya tuh bijak banget.

Tapi, setelah gue pikir-pikir..
"Hidup itu gak semudah cocotnya mario teguh"
Bener gak?!

Monday, February 6, 2012

Bersyukur Lagi

Bacaan: Mazmur 42
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:6,12)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Keluaran 22-24
------------------------------------------------------------------
Dalam berbagai bencana yang menimpa negeri ini tsunami, gunung meletus, angin puting beliung, tanah longsor, banjir, kapal tenggelam, kecelakaan pesawat terbang, dan sebagainya-kita kerap menjumpai berbagai kisah mengharukan dari mereka yang tertimpa bencana. Kisah tentang orang-orang yang dapat terus bertahan di tengah situasi yang berat dan tidak mengenakkan, orang-orang yang mengucap syukur sebab lolos dari maut. Bagi mereka, selalu ada alasan untuk bersyukur.

Mazmur 42 memberikan gambaran mengenai keresahan umat Tuhan ketika dibuang di negeri asing. Bukan situasi yang mudah. Selama tujuh puluh tahun mereka tidak lagi bisa beribadah di Bait Allah. Nostalgia masa lalu membuat hati tambah pedih (ayat 5, 7). Sangat rindu rasanya untuk bisa kembali beribadah di Yerusalem bagai rusa merindukan air (ayat 2). Bahkan terlontar seruan seolah-olah Tuhan melupakan umat-Nya (ayat 10). Akan tetapi, pemazmur tidak mau terbenam dalam kenangan masa lalu. Ia mengarahkan diri menatap ke depan; berharap kepada Allah (ayat 6, 12). Ia memiliki keyakinan yang jelas bahwa dalam keadaan yang berat sekali pun, Tuhan tengah berkarya. Sehingga, ia tetap dapat berkata, " ... aku akan bersyukur lagi kepada-Nya" Pribadi yang ia kenal sebagai Penolong dan Allah.

Ada masa-masa di mana kesadaran kita akan kehadiran-Nya yang memberi pertolongan mengendur oleh karena larut dalam persoalan, kekalutan, maupun situasi tak menentu. Dalam keadaan seperti itu, mintalah pertolongan-Nya, supaya kita selalu dapat melihat dan mensyukuri apa yang ada. Sebab, di dalam hadirat-Nya, selalu ada alasan untuk bersyukur. --JTI
------------------------------------------------------------------
Kasih dan pemeliharaan Allah tak pernah luntur
Maka, di mana pun dan kapan pun teruslah naikkan syukur
------------------------------------------------------------------

Dikirim dari aplikasi Alkitabku. Unduh di http://bb.alkitabku.com

Friday, February 3, 2012

GALAU!!

aaaaaaaa gue nyaris galau setiap hari! Bukan galau gara2 cinta dan sejenisnya ya, tapi galau gara2 mau belanja ini itu. Sedangkan keuangan gak normal2 amat -_-

------------
Nih pasti gak cuma gue doang yang ngalamin, pasti ada beberapa dari cewe laen sama juga kek gue!
Sekarang ini, gue lagi pengen banget pumpshoes 13cm warna merah sama coklat muda.
Tapii pengen juga tas long champ shocking pink, mayonatte black sama lv dammier #pingsan

-------------
Belom lagii, pengen yang laen! All about fashion deh pokonya. Dan gue sangat amat galau, mana yang harus di duluin?! Setelah dipikir dan diitung kalo semuanya skaligus dibeli, bangkrut lah gue. #jleb!

-------------
Aaaaa galau banyak nih kalo udah ngomongin hal kek gini #ngook!
do'oohh bray, gimana dong?? :|

FACE THE BOOK

Bacaan: Mazmur 119:1-24
Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu (Mazmur 119:20)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Keluaran 13-15
------------------------------------------------------------------
Jonathan Edwards mencatat bagaimana ia face the Book, memandang Alkitab: "Di dalam diri saya tumbuh kesukaan yang sangat besar akan Alkitab, lebih dari buku apa pun. Seringkali ketika membacanya, setiap kata terasa menyentuh hati saya. Saya merasakan harmoni antara sesuatu di hati saya dengan kata-kata yang indah dan kuat dari Alkitab. Saya sering seperti melihat begitu banyak terang yang dipancarkan oleh setiap kalimat, seperti menikmati makanan lezat yang disajikan, sehingga saya terhenti melanjutkan pembacaan saya. Sering saya sampai lama merenung kan satu kalimat Alkitab, untuk melihat keajaiban di dalamnya; namun hampir semua kalimat tampaknya penuh dengan keajaiban."

Mazmur 119 juga dipenuhi gairah kecintaan yang besar dari penulisnya dalam face the Book. Perhatikan pilihan kata-katanya: "Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta ... firman-Mu tidak akan kulupakan ... Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu ... aku merenungkannya sepanjang hari ... semuanya itu kegirangan hatiku ... perintah-perintah-Mu lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua ... Aku berpegang pada peringatan-peringatan-Mu, dan aku amat mencintainya. (ayat 14, 16, 20, 97, 111, 127, 167).

Becermin pada pemazmur dan Edwards, kita mendapati kerohanian kita yang pucat, disiplin rohani yang tertatih, dan kerinduan yang kerontang. Mari meminta Tuhan memenuhi kita dengan cinta pada penyataan-penyataan Diri-Nya, kerinduan dan sukacita untuk face the Book setiap hari. --JOO
------------------------------------------------------------------
Hati yang mencintai Tuhan meluap
merindukan penyataan-penyataan-Nya
------------------------------------------------------------------

Dikirim dari aplikasi Alkitabku. Unduh di http://bb.alkitabku.com

Thursday, February 2, 2012

Menunggu mujizat selama 10 tahun

Mereka yang memasuki pernikahan dan hidup berumah tangga, cepat atau lambat pasti mendambakan buah hati. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ellen dan Jantje yang melangsungkan pernikahan di tahun 1989. Namun setelah menjalani pernikahan selama tiga tahun, mereka tidak juga mendapatkan momongan.
“Kami inginnya ada seorang anak di rumah,” demikian ungkap Ellen, “tapi kok sampai saat ini belum punya.”
Mereka tidak hanya menunggu tanpa kepastian, Ellen dan Jantje mengunjungi dokter.
“Kami masing-masing periksa, dokter yang bagian laki-laki mengatakan bahwa saya tidak memiliki masalah. Saya bilang : wah, kalau begitu saya dalam posisi aman,” tutur Jantje.
Namun bagaimana dengan kondisi istrinya, Ellen?
“Waktu dokter itu melihat istri saya, dia menatap istri saya dan berkata kalau istri saya bermasalah.”
Ellen ternyata memiliki masalah pada indung telur bagian kirinya. Saat vonis dokter itu dinyatakan, hal ini menjadi pukulan yang berat bagi Ellen. Sebagai wanita, ia merasa tidak berharga.
“Rasanya saya tidak ada artinya bagi dia. Dia selalu menguatkan saya, dia bilang: udah, ngga papa kok,” ungkap Ellen.
Jantje sangat mengerti perasaan istrinya saat itu, ia terus menghibur dan menguatkan iman istrinya. Ia pun tidak menyerah, berbagai upaya medis mereka lalukan bersama namun tetap tidak membuahkan hasil.
“Mungkin sebagai laki-laki saya bisa tahan, tapi istri saya lebih banyak nangisnya kalau teman-teman lain sering becanda.”
Terluka, sedih dan merasa rendah diri, itulah yang dirasakan oleh Ellen. Tidak jarang ia juga berbohong dan berpura-pura sedang hamil untuk menepis cibiran dari teman dan saudara. Jantje terbukti lebih kuat dari Ellen, sambil berseloroh: “Kalau Tuhan beri anak, puji Tuhan. Tapi kalau sampai kami kakek nenek Tuhan tidak beri, kan masih ada panti jompo.”
Lelah berharap kepada dokter, Jantje dan Ellen memutuskan sebuah ide gila.
“Tiap kali kami pulang malam, saya lihat anak-anak dipinggir jalan, saya sering tawarkan : Mau jadi anak om ngga? Kalau kamu ikut sama om, om akan pelihara kamu.”
Tidak hanya itu, kadang mereka pulang malam dan mengikuti ibu-ibu yang terlihat berjalan sendirian sambil menggendong bayi.
“Kalau pulang malam, kalau ada ibu yang sedang menggendong seorang bayi sering saya bilang begini: Saya mau coba berhenti dulu, jangan-jangan dia buang. Karena saya sering baca koran,  ada orangtua yang membuang anaknya. Jadi kami putar mobil, ternyata tidak ada,” tutur Ellen sambil menahan air matanya.
Hingga suatu hari, Ellen dan Yantje didatangi seorang kerabat yang ingin memberikan anaknya pada mereka.
“Kerabat kami bawa anak yang maaf kata kepalanya penuh luka. Kami sudah ngurusin dia,” ungkap Ellen.
Jantje pun sangat bahagia dengan kehadiran anak itu, ia mencintai anak tersebut seperti darah dagingnya sendiri. Sayangnya,  kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Setelah anak itu sehat dan sembuh dari sakitnya, mereka mengambilnya lagi. Jantje dan Ellen kembali terpukul karena mereka sangat mencintai anak itu.
“Waktu saya pulang, saya lihat anak itu tidak ada lagi di kamar. Keluarga takut karena mereka tahu kalau saya tahu pasti ngamuk.”
Begitu terpukulnya Jantje, emosinya tidak terkendali. Ia memutuskan menyendiri dalam kesedihannya.
“Saya keluar dari rumah dan marah-marah sepanjang jalan. Saya ingin duduk sendiri dan langsung menghadapkan wajah ke langit. Saya bilang: Tuhan! Engkau kan mengerti, saya kan rindu punya anak meskipun lewat apapun juga. Masakan Engkau setega itu,” tutur Jantje.
Sekalipun bertahun-tahun mereka lalui tanpa ada secercah harapan, Ellen dan Jantje tidak pernah melepaskan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Janji Tuhan itulah yang mereka pegang dalam menantikan buah hati mereka.
“Percaya apa yang kami minta, Tuhan sudah jawab, itulah yang membuat saya kuat. Karena saya sudah meminta, istri saya sudah meminta, saya percaya  Allah akan buat yang terbaik.”
Tuhan akhirnya membuktikan bahwa Dia tidak pernah mengecewakan orang-orang yang berharap pada-Nya. Mukjizat terjadi, Ellen akhirnya hamil. Ketika melihat hasil test kehamilan, Jantje melompat-lompat kegirangan karena akhirnya harapannya terwujud.
Tetapi cobaan kembali menghampiri kehidupan Ellen dan Jantje. Saat usia kehamilan Ellen mencapai enam bulan, Ellen mengalami pendarahan. Dokter memberikan dua pilihan, pilih menyelamatkan sang jabang bayi atau ibunya. Diperhadapkan sebuah pilihan yang sulit, Jantje memilih sebuah alternatif lain, yaitu berdoa. Ia berseru kepada Tuhan memohon agar diselamatkan baik ibu maupun bayinya.
“Akhirnya suster datang dan berkata: Ibunya selamat, anaknya pun juga selamat,” ungkap Jantje bahagia.
Saat usia kandungan Ellen menginjak delapan bulan, ia harus menjalani operasi Caesar.
“Pada saat melahirkan, ari-arinya itu sudah hancur, memang sudah biru. Anak saya lahir itu mukjizat, karena secara manusia, dokter bilang ini anak makan pakai apa. Puji Tuhan, dia keluar beratnya bisa sampai 3,2 kg.”
Sepuluh tahun, Ellen dan Jantje melalui berbagai pergumulan dan penantian hingga akhirnya lahir buah hati mereka yang mereka beri nama Johanes Clever Buss.
“Tuhan itu luar biasa bagi saya. Tanpa kita sadari, pada saat kita mengalami masalah, Tuhan itu ada. Kalau kita mau bersabar, kita percaya, kita berdoa, pasti Tuhan akan berikan yang terbaik bagi kita,” demikian ungkap Ellen.
“Apapun yang kita alami dalam hidup kita, mungkin saat kita menanti jawaban doa, setahun, lima tahun ataukah sepuluh tahun, atau bahkan lebih, kita harus percaya bahwa janji dan rencana Tuhan itu tidak pernah gagal,” tutur Jantje penuh sukacita. (Kisah ini ditayangkan 21 Juni 2011 dalam acara Solusi di O’Channel).

Menginginkan-Mu

Bacaan: Mazmur 73
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (Mazmur 73:25)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Keluaran 10-12
------------------------------------------------------------------
Salah satu lagu favorit saya ialah God is The Strength of My Heart karya Don Moen, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Allah Sumber Kuatku. Lirik lagu ini digubah dari Mazmur 73:25-26. Saya senang menyanyikan refreinnya: "Allah sumber kuatku (3x) dan bagianku s'lama nya", tetapi sering kesulitan menyanyikan dua kalimat pertama: "Hanya Kau milikku di surga/Tiada yang kuingini di bumi, hanya Kau ... " Saya tak bisa bohong di hadapan Tuhan. Kerap kali Tuhan saja tidak cukup. Hati saya punya banyak keinginan yang lain. Seperti Asaf.

Asaf tak bisa bohong di hadapan Tuhan. Ia ingin banyak hal yang dimiliki orang lain (ayat 3-5). Akibatnya, ia mulai merasa hidup yang dipersembahkannya bagi Tuhan itu menyusahkan, bodoh, dan sia-sia (ayat 13-14, 21-22). Ia tahu bahwa tidak patut ia bersikap demikian, tetapi sungguh sulit memahami mengapa Tuhan tidak mengizinkan segala keinginannya terpenuhi, atau setidaknya menutup berkat bagi orang fasik (ayat 15-16).

Menginginkan sesuatu selain Tuhan sungguh mengerikan. Celakanya, jika kita memeriksa diri, justru itulah kecenderungan hati kita. Asaf akhirnya menyadari kebaikan Tuhan yang mencegah nya "berzina meninggalkan Tuhan" (ayat 27), dengan tidak memberikan kepadanya kemujuran orang lain yang sempat ia cemburui. Adakah se su atu atau seseorang yang kita ingini lebih dari Tuhan dalam hi dup kita? Doa saya, Tuhan mencondongkan hati saya sedemikian rupa, sehingga tidak ada hal lain yang lebih menarik dan memuaskan hati saya lebih dari kehadiran-Nya. Biarlah ini menjadi doa Anda juga. --ELS
------------------------------------------------------------------
Tuhan, tolong saya untuk menginginkan-Mu
lebih dari apa pun, lebih dari siapa pun
------------------------------------------------------------------

Dikirim dari aplikasi Alkitabku. Unduh di http://bb.alkitabku.com

Kado untuk Samuel by Dewa Klasik

Aku meneguk sisa es teh tawar yang masih tersisa di gelasku. Ketika aku masih menikmatinya ekor mataku menangkap sosok anak laki-laki yang memperhatikanku. Matanya menatapku. Sebuah tatapan yang menusuk ke dalam hatiku. Tatapan yang penuh iba. Aku meletakkan gelas yang hanya menyisakan es batu yang masih membeku.
“Bu, anak kecil yang duduk di pinggir jalan itu siapa ya?” tanyaku penasaran kepada pemilik warung sambil memandang anak laki-laki tersebut.
“Ow… Duh, kasihan tuh anak, bang!”
“Kasihan kenapa, bu?”
“Sudah seminggu bapanya meninggal gara-gara sakit. Ibunya sih meninggal pas melahirkan dia. Dia ngga punya keluarga lagi. Sekarang sih dia tidur di mana saja karena di usir dari kontrakan.”
“Begitu ya, bu!”
Selesai membayar es teh tawar yang aku pesan. Aku menghampiri anak laki-laki yang hanya mengenakan pakaian kumal tanpa alas kaki. Entah sudah berapa lama dia tidak mengganti pakaiannya.
Semakin aku mendekatinya semakin jelas kelihatan kalau tubuhnya tidak terurus. Dia terus menatapku sampai aku duduk di sampingnya.
“Nama kamu siapa dek?” tanyaku dengan nada bersahabat sambil mengukir sebuah senyuman.
“Aku lapar, kak!” ucapnya sambil memegang perutnya.
Aku mencoba mengingat uang yang masih tersisa di saku dan dompetku. Hanya ada selembar sepuluh ribuan dan dua koin lima ratus.
“Nanti kakak belikan kamu makanan. Tapi nama kamu siapa?” Sekali lagi aku menanyakan namanya.
“Benar kak? Serius? Kakak ngga bohongkan?”
“Iya. Ngapain bohong? Tapi nama kamu siapa?”
Aku melihat senyuman manisnya yang memancarkan barisan giginya yang tersusun rapi tapi berwarna kuning karena tidak pernah disikat.
“Namaku Samuel Lie. Dipanggilnya Samuel. Kalau kakak?”
“Dewantara, panggil saja kak Tara!”
Dia mengulurkan tangannya lalu kusambut. Sebuah jabatan salam perkenalan yang hangat. Terasa kalau tangannya penuh dengan debu ketika tanganku bersentuhan dengan tangan munggilnya. Kukunya yang panjang menyembunyikan daki berwarna hitam di setiap kuku jarinya.
“Yuk, kita makan.”
“Di mana kak?”
“Tuh ada warteg!” ucapku sambil menunjuk sebuah warteg.
Dengan langkah semangat Samuel memegang tanganku dan menuntunku ke warteg tersebut. Wajah murungnya berubah menjadi ceria.
Aku hanya memandangnya dengan mata yang hampir copot. Lahap sekali anak ini makan. Kurang dari lima menit, makanan yang aku pesan sudah tidak tersisa lagi. Sampai menjilat jarinya segala.
“Terima kasih ya, kak!” ucapnya dengan malu-malu.
“Sama-sama,” balasku terharu meski aku tahu jatah makan malamku sudah tidak ada lagi.
*****

Aku manatap Samuel yang tidur terlelap yang hanya beralaskan koran dan tumpukan baju di kosku yang hanya berukuran 2×1,5 meter. Masih terngiang pembicaraan antara aku dengan Samuel sebelum dia terlelap.
“Aku panggil kakak dengan sebutan Ko Dewa ya?”
Aku menatapnya dengan keheranan di antara terang yang dipancarkan lilin kecil. Anehkan? Kos yang aku tinggali hanya seratus ribu sebulan. Tanpa listrik dan tanpa kamar mandi. Jadi kalau mau mandi harus ke WC umum. Itu pun harus bayar. Suara kereta api yang lewat persis di depan kosku sudah menjadi musik tersendiri bagiku. Kata orang ada harga, ada mutu. Seperti itulah gambaran kos di pinggiran rel kereta api.
“Dulu aku punya koko.”
“Trus koko kamu di mana sekarang?”
Hening. Sunyi. Bisu.
“Koko… Koko meninggal karena sakit sama seperti papa. Namanya Ko Daniel.”
Kembali kesunyian mencekam.
“Ngga apa-apakan kalau aku manggil kakak dengan panggilan Ko Dewa?”
Aku berusaha untuk tersenyum, “panggil saja Ko Tara, ya?”
“Oklah kalau begitu.”
Aku tertawa dengan tingkah lakunya yang masih polos.
Karena lelah Samuel langsung tidur terlelap. Sementara aku berusaha menutup mataku diantara suara perutku yang berbunyi karena kelaparan.

*****

“Koko pengen punya toko sendiri,” celotehku ketika mengajaknya ke tempatku bekerja. “Ngga perlu besar, yang penting milik sendiri.”
“Kenapa ngga jadi koki saja?”
“Koki?”
“Iya. Bisa makan sepuasnya. Kita makan ya ko?”
“Kamu lapar?”
“Lapar setengah mati.”
“Tapi uang koko tinggal seribu rupiah. Cuma bisa beli gorengan.”
Samuel hanya menatapku.
“Kamu disini ya, koko beliin kamu gorengan dulu.”
“Iya ko.”
Aku berlari untuk membeli dua potong pisang goreng. Begitu kembali, mata Samuel berbinar-binar ketika menerima dua potong pisang goreng.
“Ini untuk aku dan ini untuk koko,” ucapnya sambil menyerahkan sepotong pisang goreng.
“Untuk kamu saja ya!”
“Ngga mau! Koko kan belum makan apa-apa dari semalam?”
Dengan berat hati aku memakannya juga.
Setelah itu aku langsung melakukan tugasku ketika tiba di toko. Membuka toko, lalu membersihkannya, melayani pembeli dan kemudian menutupnya. Gajinya sih cukup untuk bayar kos, makan, kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Tapi beruntung Ko Willy, si empunya toko berbaik hati mengizinkan aku memakai komputernya untuk jualan online. Aku menjual tas yang ada di toko Ko Willy di blogku yang kuberi kamarsolusi.com. Keuntungannya memang sedikit. Tapi aku percaya, setia dalam hal yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan hal yang lebih besar lagi.
“Nanti kalau ada yang beli tas sama koko, nanti koko traktir kamu di KFC.”
“Wow! Samuel doain semoga laku. AMIN”
Aku hanya tersenyum. Apa lagi melihat tubuhnya sudah bersih. Meski baju yang dikenakannya kebesaran.

Aku belum bisa membelikan Samuel baju sehinga mau ngga mau dia harus memakai pakaianku.

*****

“Badanmu panas,” keluhku bingung ketika tanpa sengaja menyentuh tubuhnya. “Kamu sakit ya?”

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut munggil Samuel yang merah. Dahinya berkerut dan bibirnya mendesah menahan sakit.
Sementara di luar kos, gerimis mulai turun.
Tubuh Samuel kedinginan. Tidak ada jaket atau selimut. Aku berusaha menghangatkan tubuhnya dengan menempelkan beberapa baju ke seluruh tubuhnya.
“Kita ke dokter ya?” usulku, meski aku sendiri tidak yakin mendapat pertolongan tanpa uang yang cukup. Orang miskin dilarang sakit! Kalau berobat harus pinjam sana-sini buat biaya berobat. Setelah sembuh kerja keras lagi buat bayar hutang.
Aku semakin bingung ketika Samuel tidak menjawab. Dia hanya mengerang dengan mata tertutup rapat.

Aku menggendong tubuh Samuel dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Entah kenapa aku takut kehilangan Samuel. Meski baru dua minggu mengenalnya. Rasanya seperti terjalin ikatan batin yang kuat diantara kami.

Sehari tanpa ocehan Samuel rasanya ada yang aneh. Pertanyaan-pertanyaan sering terlontar dari mulutnya hingga kadang aku kewalahan menjawabnya.
“Woi, mau ke mana loe?” sergah satpam rumah sakit ketika melihatku. “Enak saja main masuk!”
“Adik saya sakit, pak?”
Satpam tersebut memandangku dan Samuel berkali-kali. Mungkin dia bingung, aku yang pribumi memiliki adik yang keturunan Tionghoa.
“Bawa saja ke rumah sakit lain. Di sini bayarnya mahal. Ngga terima pasien kayak begini!”
Ya Tuhan? Apa rumah sakit ini hanya menerima pasien yang menaiki mobil mewah yang bisa di rawat di sini? Sementara orang miskin sepertiku tidak diterima?
Ketika satpam tersebut mengarahkan mobil mewah untuk mendapatkan parkir aku langsung menerobos masuk. Aku tetap nekat untuk masuk. Apa pun akan aku lakukan untuk Samuel. Satpam tersebut hanya pasrah dengan sikapku. Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang melihatku basah kuyup tanpa alas kaki. Sandal nyang kupakai tadi putus. Mungkin sudah waktunya untuk diganti.
Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang memandangku. Dinginnya AC menusuk hingga tulang sum-sumku.

*****

Empat hari kemudian.
“Hemofilia?” tanyaku kaget.
“Penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromosn X,” ucap dokter muda yang cantik perawakannya memberiku penjelasan.
Aku menggagumi kecantikannya.
“Tapi selama ini tidak ada keanehan yang saya temui, seperti pendarahan yang terus menerus atau terjadi benturan pada tubuhnya yang mengakibatkan kebiru-biruan. Kalau boleh tahu, Samuel mengidap hemofilia A atau Hemofilia B, dok?”
“Begitu ya? Hemofilia B.”
Aku terdiam.
“Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan menyatakan kalau dia juga positif HIV.”
Aku berdiri seperti patung. Samuel yang masih berumur enam tahun mengidap HIV? Ayah atau ibunyakah yang menularkan? Atau karena dia pernah menjalani transfusi darah dan ternyata Human Immunodeficiency Virus lolos dalam transfusi darah yang dijalanninya.
Kini aku tahu, kenapa tidak ada satu pun keluarganya yang mau menampungnya yang sebatang kara. Mungkin ayahnya meninggal karena HIV juga. Entahlah.
Aku menatap wajah pucat Samuel yang terbaring lemah dengan infus yang terpasang ditubuhnya. Selama Samuel di rawat tidak ada satu pun kata keluh kesah yang keluar dari mulutnya.

Masih jelas tergambar di memoriku pembicaraan kami berdua ketika mengajaknya makan di KFC di salah satu mal di bilangan Jakarta Barat.
“Samuel pengen kado natal!” Ungkap Samuel tiba-tiba begitu melihat nuansa natal yang menghiasi setiap penjuru mal.
“Mau kado apa?”
“Cuma pengen boneka Tazmania.”
“Nanti koko belikan kalau koko sudah punya duit. Beberapa harri ini belum ada tas yang laku. Nanti koko belikan boneka Tazmania yang gede.”
“Yang kecil juga ngga apa-apa kok.”
“Tapi jangan lupa berdoa ya.”
“So, pasti!”
Malamnya sebelum beranjak tidur, kembali dia mengutarakan keinginannya.
“Koko pasti belikan buat kamu. Berharap sebelum natal banyak tas yang laku.”
“Amin!” teriaknya memecah kesunyian malam.
Hatiku miris, seharian aku dan Samuel hanya minum air kran. Tidak ada duit yang tersisa.
“Maafkan koko, Samuel,” bisikku dalam hati sambil mengusap kepalanya.
Menit berikutnya.
Dia mengajakku berdoa. Biasanya aku yang mengajaknya.
“Tuhan… Berkati Ko Tara ya. Berkati pekerjaannya dan usaha on…”
“Online.” timpalku yang mengetahuinya kesulitan menyebut kata tersebut.
“Usaha onlinenya. Berkati juga bloknya.”
Aku tersenyum ketika dia menyebut kata blog dengak pemakaian huruf K dibelakangnya.
“Nama blognya apa ko?”
“Kamarsolusi dot com,” ucapku dengan perlahan-lahan.”
“Berkati kamarsolusi dot kom ya Tuhan. Biar banyak orang yang diberkati.”
Aku terharu. Aku meneteskan air mataku.

*****
“Ko, aku mau pulang saja!”
“Kenapa sayang? Di sinikan enak? Ngga kayak di kos koko.”
“Tapi aku kasihan koko harus berhutang untuk bayar semuanya.”
Diam. Sesak.
“Kamu jangan pikirkan itu ya, sayang. Tuhan pasti cukupkan semuanya.”
Tidak ada pilihan selain meminjam uang dengan Ko Willy dengan jaminan gajiku di potong setengah dari seharusnya aku terima setiap bulan.
Sebatang kara seperti ini tidak bisa berharap pertolongan kepada keluarga. Ah, betapa indahnya kalau masih memiliki keluarga. Teman? Ini Jakarta. Uang ngga jatuh dari pohon kayak daun kering. Siapa yang mau memberikan pinjaman kepadaku tanpa jaminan apa-apa yang bisa disita kalau tidak mampu melunasi hutang yang ada? Memberikan pinjaman ke keluarga sendiri saja masih pakai hitung-hitungan. Kalau mau nyumbang harus di ekspos. Berharap kepada manusia memang sering mengecewakan.
“Kamu harus di rawat di sini supaya cepat sembuh.”
“Ko…. Maafkan aku.”
“Kenapa harus minta maaf?”
“Aku sudah merepotkan koko.”
Aku menggenggam tangannya. “Kamu tidak merepotkan kok. Percayalah! Koko malah senang bisa berkorban buat kamu.”

******

Segala macam usaha telah di coba oleh tim dokter yang menangani Samuel. Sudah dua minggu terakhir ini berbagai obat pun silih berganti dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Setiap hari berjam-jam aku menemaninya setelah pulang dari jaga toko. Mengobrol, bergurau atau kadang-kadang berdongeng untuknya.
“Ko, apa artinya meninggal dunia?”
Pertanyaan yang menghentakkan diriku yang lelah dan lapar. HIV sudah memorak-porandakan seluruh sistem pertahanan tubuh Samuel. Infeksi yang tidak terlalu berat pun dapat menimbulkan penyakit yang fatal.

“Artinya, kamu akan suatu tempat yang jauh. Tempat di mana kamu berasal.”
“Perginya sendirian?” tanyanya lemah.
Mataku berkaca-kaca. Namun aku mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak jatuh.

“Sendirian. Tapi kamu jangan takut.”
“Kalau aku meninggal dunia, siapa yang akan menemani koko?”
Akhirnya air mataku juga jatuh. Diantara penderitaannya dia masih memikirkanku.

“Aku tahu, koko sering ngga makan biar aku kenyang. Koko sering jalan kaki pulang pergi ke toko biar bisa belikan aku sesuatu setiap hari. Nanti di sana, siapa yang motongin kuku Samuel?” ucapnya sambil meneteskan air matanya.
Aku memeluknya.
“Kamu ngga usah mikirin koko ya, sayang!  Tuhan pasti menjaga koko.”
“Nanti kalau aku sudah besar dan punya uang yang banyak. Aku mau belikan koko sebuah toko. Biar koko ngga usah kerja lagi. Trus belikan koko rumah dan mobil, biar kalau hujan bisa tetap tidur enak dan tidak perlu lagi jalan kaki.”
Mulutku tertutup rapat. Bungkam. Tak ada kata yang bisa melewati kerongkonganku. Di tengah rasa sakitnya, dia masih menyimpan sebuah impian. Bukan keluh kesah karena sakit yang di deranya.

******

Aku membawa sebuah boneka Tazmania kecil untuk Samuel. Samuel yang terbaring lemah memaksakan senyumannya.
“Ko…”
“Kenapa sayang?”
“Besok aku tidak bisa ikut koko natalan di gereja.”
“Ngga apa-apa.”
“Kamu suka ngga bonekanya?”
“Terima… kasih… ya, ko! Bonekanya bagus banget.”
“Maafkan koko ya. Koko ngga bisa belikan kamu boneka yang gede.”
“Ko, aku mau… kasih koko… kado.”
Aku tercengang!
“Aku cuma… bisa kasih lagu buat koko…”
Aku mendekatkan kupingku di wajah Samuel. Suaranya semakin pelan.
“Ku yakin saat Kau berfirman
Ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu
Ku aman karna Kau menjaga
Ku kuat karna Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Ku diangkat dan dipulihkanNya”

Air mataku terus jatuh ketika dengan susah payah dia menyelesaikan lagu tersebut. Meski sudah tidak ada lagi harapan Samuel tetap percaya mujizat itu ada.
“Selamat natal ya ko,” ucapnya dengan sangat pelan.
“Selamat natal juga sayang.”
“Ko…”
“Iya, sayang!”
“Koko bisa nyanyikan aku lagi malam kudus? Tapi pake bahasa inggris.”
Tanpa berpikir panjang aku memenuhi permintaan Samuel.

"Silent night, holy night
All is calm and all is bright
Round yon virgin mother and child
Holy infant so tender and mild
Sleep in heavenly peace
......... "

Tangan kanan Samuel mendekap boneka Tazmanianya sementara tangan kirinya menggengam tanganku.

Genggamannya makin lama makin lembut hingga tak ada lagi nadinya yang berdetak.

“Surga menantimu, pahlawan kecilku,” bisikku dikupingnya yang dingin.

*****

Cerpen ini saya dedikasikan untuk ODHA (orang dengan HIV/AIDS), percayalah kalian adalah makluk tuhan yang paling bahagia dan berharga di mata Tuhan dengan keadaan apapun.